“Melewati
Senja Di Bukit Sampah TPA Kebon Kongok”
Foto ; Dok. Pribadi |
Bau menyengat dari sisa-sisa sampah yang menumpuk sejak
sekian lama menyambut kedatangan tim pendahulu yang menggunakan motor. Sembari menunggu
tim yang menggunakan mobil kami sempat berbincang-bincang dengan beberapa
petugas dari Pemerintah kota yang masih berada di lokasi. Mereka menuturkan ada
ratusan pemulung yang beraktifitas setiap hari di TPA Kebon kongok. Biasanya
mereka ramai di waktu pagi. Sore hari sudah agak mulai sepi karena mereka harus
kembali ke rumah masing-masing.
Foto ; Dok. Pribadi |
Foto ; Dok. Pribadi |
Sore itu hanya puluhan pemulung yang tersisa
mengais sisa-sisa sampah yang baru diturunkan oleh mobil truk pengangkut yang
berwarna kuning. Bau menyengat khas sampah rumah tangga menyapa lewat semilir
angin. Pemandangan di kiri dan kanan hanya tumpukan sampah yang menggunung, di
sela-selanya terdapat bilik-bilik yang tersusun dari tumpukan barang bekas yang
difungsikan untuk beristirahat ketika mereka lelah sekaligus sebagai lokasi
penimbunan hasil memulung mereka yang tidak sempat di bawa pulang.
Foto ; Dok. Pribadi |
Kedatangan rombongan relawan MRI yang menggunakan
mobil dan parkir di tengah-tengah gunungan sampah membuat para pemulung yang
berada di lokasi bertanya-tanya. Mereka
mungkin berfikir, “ngapain orang-orang
ini pake mobil maen ke lokasi pembuangan sampah. Seperti ga ada tempat maen
yang lain.” Hal itu tergambar dari
raut muka mereka yang keheranan melihat mobil Avanza Hitam yang parkir di
tengah-tengah lokasi mereka dan menurunkan beberapa gadis berkerudung dengan
rompi hitam berbordir logo ACT & MRI.
Foto ; Dok. Pribadi |
Keheranan pemulung-pemulung yang ada di lokasi
pembuangan sampah itu semakin bertambah ketika beberapa relawan mengeluarkan roll banner dan puluhan bungkusan yang
bertempel stiker #BeriRamadhanTerbaik. Ada beberapa pemulung yang malu-malu
mendekat sambil bertanya,
“napi nike bu?”. Apa itu bu?.
Setelah disampaikan bahwa rombongan itu adalah
relawan yang datang hendak berbagi paket berbuka, senyum mereka mulai merekah. Pemulung yang tadi mulanya malu-malu mulai
maju satu persatu meminta jatah, ada juga yang melihat dari kejauhan dengan
pandangan ragu. Tanpa malu-malu beberapa relawan lalu datang mendekati dan
berkata, “Pak niki jari bebuka leq bale,
te tunas do’a nggeh pak.” Pak ini untuk berbuka di rumah, kami minta doanya
ya pak.
Foto ; Dok. Pribadi |
Jam sudah menunjukkan pukul 17.30 WITa, paket
berbuka yang dibagikan sudah habis. Terbayang wajah-wajah para pemulung yang
tersenyum sumringah menerima paket berbuka yang dibagikan, teringat doa-doa
tulus yang dipanjatkan melalui lisan-lisan lelah mereka membuat bau sampah yang
menyengat itu seperti hilang dan berubah menjadi semerbak aroma yang
menenangkan dan membahagiakan.
Foto ; Dok. Pribadi |
Foto ; Dok. Pribadi |
Foto ; Dok. Pribadi |
Kalimat yang mengatakan Berbagi membuat bahagia dan membahagiakan itu ternyata benar adanya.
Kurang lebih seperti iulah yang kami alami sore ini. Menikmati sunset di pantai
itu sudah biasa, melewati senja di pembuangan sampah itu baru luar biasa.
(JuPe)
Berkah selalu buat ACT dan MRI. Anyway ini TPA yang beberapa waktu lalu terbakar itu ya bang
BalasHapuswaw keren Bro, sambil berbagi sambil bercerita sambil membuat konten, nais banget. Salut untuk tim ACT dan MRI, semoga semakin hari semakin berkah, aamiin aamiin Ya Rabbal 'Alamin
BalasHapusAihh keren bener nih MRI dan ACT. Selalu suka sama aksi sosialnya. Semoga bisa terus menebar manfaat pada siapa pun yaa. Aamiiin.
BalasHapusTerkaget kaget lihat foto sampahnya T_T
BalasHapusNggak kepikiran ada orang yang akan melakukan aksi sosial di TPA, tapi ternyata ACT melakukannya. Keren!