Senin, 04 Juni 2018

“Melewati Senja Di Bukit Sampah TPA Kebon Kongok”


“Melewati Senja Di Bukit Sampah TPA Kebon Kongok”

Foto ; Dok. Pribadi

      Bau menyengat dari sisa-sisa sampah yang menumpuk sejak sekian lama menyambut kedatangan tim pendahulu yang menggunakan motor. Sembari menunggu tim yang menggunakan mobil kami sempat berbincang-bincang dengan beberapa petugas dari Pemerintah kota yang masih berada di lokasi. Mereka menuturkan ada ratusan pemulung yang beraktifitas setiap hari di TPA Kebon kongok. Biasanya mereka ramai di waktu pagi. Sore hari sudah agak mulai sepi karena mereka harus kembali ke rumah  masing-masing.

Foto ; Dok. Pribadi

Foto ; Dok. Pribadi

      Sore itu hanya puluhan pemulung yang tersisa mengais sisa-sisa sampah yang baru diturunkan oleh mobil truk pengangkut yang berwarna kuning. Bau menyengat khas sampah rumah tangga menyapa lewat semilir angin. Pemandangan di kiri dan kanan hanya tumpukan sampah yang menggunung, di sela-selanya terdapat bilik-bilik yang tersusun dari tumpukan barang bekas yang difungsikan untuk beristirahat ketika mereka lelah sekaligus sebagai lokasi penimbunan hasil memulung mereka yang tidak sempat di bawa pulang.

Foto ; Dok. Pribadi

      Kedatangan rombongan relawan MRI yang menggunakan mobil dan parkir di tengah-tengah gunungan sampah membuat para pemulung yang berada di lokasi bertanya-tanya.  Mereka mungkin berfikir, “ngapain orang-orang ini pake mobil maen ke lokasi pembuangan sampah. Seperti ga ada tempat maen yang lain.”  Hal itu tergambar dari raut muka mereka yang keheranan melihat mobil Avanza Hitam yang parkir di tengah-tengah lokasi mereka dan menurunkan beberapa gadis berkerudung dengan rompi hitam berbordir logo ACT & MRI.

Foto ; Dok. Pribadi

      Keheranan pemulung-pemulung yang ada di lokasi pembuangan sampah itu semakin bertambah ketika beberapa relawan mengeluarkan roll banner dan puluhan bungkusan yang bertempel stiker #BeriRamadhanTerbaik. Ada beberapa pemulung yang malu-malu mendekat sambil bertanya,
“napi nike bu?”. Apa itu bu?.
Setelah disampaikan bahwa rombongan itu adalah relawan yang datang hendak berbagi paket berbuka, senyum mereka mulai merekah.  Pemulung yang tadi mulanya malu-malu mulai maju satu persatu meminta jatah, ada juga yang melihat dari kejauhan dengan pandangan ragu. Tanpa malu-malu beberapa relawan lalu datang mendekati dan berkata, “Pak niki jari bebuka leq bale, te tunas do’a nggeh pak.” Pak ini untuk berbuka di rumah, kami minta doanya ya pak.

Foto ; Dok. Pribadi

      Jam sudah menunjukkan pukul 17.30 WITa, paket berbuka yang dibagikan sudah habis. Terbayang wajah-wajah para pemulung yang tersenyum sumringah menerima paket berbuka yang dibagikan, teringat doa-doa tulus yang dipanjatkan melalui lisan-lisan lelah mereka membuat bau sampah yang menyengat itu seperti hilang dan berubah menjadi semerbak aroma yang menenangkan dan membahagiakan.

Foto ; Dok. Pribadi

Foto ; Dok. Pribadi

Foto ; Dok. Pribadi

       Kalimat yang mengatakan Berbagi membuat bahagia dan membahagiakan itu ternyata benar adanya. Kurang lebih seperti iulah yang kami alami sore ini. Menikmati sunset di pantai itu sudah biasa, melewati senja di pembuangan sampah itu baru luar biasa. (JuPe)



4 komentar:

  1. Berkah selalu buat ACT dan MRI. Anyway ini TPA yang beberapa waktu lalu terbakar itu ya bang

    BalasHapus
  2. waw keren Bro, sambil berbagi sambil bercerita sambil membuat konten, nais banget. Salut untuk tim ACT dan MRI, semoga semakin hari semakin berkah, aamiin aamiin Ya Rabbal 'Alamin

    BalasHapus
  3. Aihh keren bener nih MRI dan ACT. Selalu suka sama aksi sosialnya. Semoga bisa terus menebar manfaat pada siapa pun yaa. Aamiiin.

    BalasHapus
  4. Terkaget kaget lihat foto sampahnya T_T

    Nggak kepikiran ada orang yang akan melakukan aksi sosial di TPA, tapi ternyata ACT melakukannya. Keren!

    BalasHapus